Jumat, 11 September 2015

Seragam Semangat untuk Membuka Dunia

 
     Perlu disadari bahwa generasi muda memiliki peranan penting dalam kemajuan bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan hak dasar yang harus didapat oleh generasi ini untuk mewujudkan hal tersebut. Namun, kondisi pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan, terutama dalam hal fasilitas pendidikan di daerah-daerah pedalaman Indonesia.
       SDN Datar Batung yang terletak di desa Datar Batung, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan merupakan salah satu potret betapa mirisnya kondisi pendidikan di daerah pedalaman Indonesia. Bangunan sekolah yang berbahahan dasar kayu terlihat usang termakan zaman. Tak seorang pun siswa yang mengenal google, karna memang tak ada komputer ataupun jaringan internet disini. Bahkan listrik pun tak ada. Selain itu, tak terlihat seorang pun siswa yang mengenakan seragam untuk pergi ke sekolah. Mereka bahkan mungkin tak mengenalnya. Namun keceriaan dan semangat menuntut ilmu terlihat jelas diwajah mereka.
    Oleh karena itu, kami mengajak kakak-kakak semua untuk peduli dan berkontribusi dalam pengadaan 87 seragam sekolah. Kakak-kakak dapat berkontribusi  dengan mendonasikan seragam sekolah dasar (merah utih) layak pakai yang nantinya akan didonasikan kepada siswa-siswi  di SDN Datar Batung. Bagi kakak-kakak yang ingin berkontribusi dapat menghubungi :
Anita : 085294307145 / BBM: 53F9110A
Bhima : 081255526226 / LINE ID : effenddie1993
Terima Kasih :)

Sabtu, 01 Agustus 2015

Hanya Gerakan Kecil di Pedalaman Kalimantan

Berlibur dan menikmati indahnya alam Kalimantan Selatan merupakan hal yang wajib saya lakukan saat berada di kampung halaman. Terlebih setelah hampir satu tahun ini saya merantau dan belajar di kota lain. Alhasil, hari-hari saya di disini dihabiskan dengan hang out bersama teman-teman. Kami pergi dan mengeksplor banyak tempat. Namun pada akhirnya, ada satu hal yang menggelitik. Di balik indahnya alam kalimantan, tak berbanding lurus dengan kondisi pendidikan disini.
Kami menemukan suatu potret pendidikan yang tak pernah kami lihat sebelumnya. Membayangkan hal ini saja mungkin tak pernah. Terletak di pegunungan di kecamatan Batang Alai Timur, SDN Datar Batung jauh dari kata "memadai". Melihat kondisi tersebut akhirnya terbentuk sebuah gerakan kecil untuk adek-adek disekolah ini yang diinisiasi oleh teman saya, Anita Shalehah. Hanya bermodalkan keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain, kami mencoba bergerak dan mencoba menorehkan senyum di wajah mereka. Dimulai dengan mengumpulkan buku-buku bacaan dan pakaian yang layak pakai, membuat poster promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat hingga menghubungi dinas kesehatan kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kami akhirnya bergerak!

Perjalanan kami tempuh selama lebih dari 2 jam dari pusat kota Barabai hingga sampai ke lokasi. Kami harus melewati medan jalan khas daerah pegunungan yang terjal dan berbatu. Bahkan jika dalam kondisi hujan, jalan ini tidak bisa dilewati karena sangat berbahaya. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi kami. Terlebih ketika motor yang kami kendarai sudah tidak sanggup, terpaksa kami harus berjalan kaki. Namun, semua itu rasanya terbayar dengan keindahan alam yang kami lihat sepanjang perjalanan.

Medan jalan menuju lokasi

Terkadang kami harus berjalan kaki

Setibanya di lokasi kami melihat bangunan sekolah yang 100% terbuat dari kayu seperti layaknya bangunan khas Kalimantan pada umumnya. Hanya terdapat beberapa bangunan di sekolah ini, seperti ruangan kelas dan perpustakaan kecil. Bangunan tersebut pun terlihat tidak terawat. Di salah satu sudut sekolah terdapat bangunan yang digunakan oleh para guru sebagai tempat tinggal. Ya, para guru yang mengabdi disekolah ini adalah orang-orang yang berasal dari luar desa Datar Batung. Hanya terdapat 4 orang guru yang harus mengajari 87 siswa setiap harinya. Itu pun jika kepala sekolah sedang tidak ada urusan dan bisa membantu mengajar.
Salah satu bangunan sekolah. Tak ada listrik disini.

Kondisi salah satu ruang kelas

Dengan setulus hati kami mengabdikan diri di daerah terpencil

Kami disambut dengan hangat oleh adek-adek dan masyarakat sekitar sekolah. Mereka terlihat sangat antusias ketika bertemu dengan orang-orang baru.

Mereka saat bermain dibawah pohon

Mereka selalu terseyum walau dengan segala keterbatasan yang ada.

Selalu tersenyum disaat mereka bahkan tak mengenal seragam sekolah
Kami tidak hanya memberi namun juga diberi. Mereka banyak memberikan pelajaran hidup kepada kami. Terima Kasih...
 
Beberapa buku bacaan dan pakaian layak pakai

Snack time


Terima kasih kakak


Mereka terlihat sangat antusias saat belajar merakit mainan

Kak, sepatunya pas di kaki saya

Bersama Siswa dan Guru SDN Datar Batung

Terima kasih untuk teman-teman lain yang telah berkontribusi. Salam dari mereka...

Inilah kami. Kami tidak tergabung dalam komunitas apapun. Kami juga bukan pekerja sosial. Kami hanyalah para pemuda. Tak lebih.

Jika kalian merasa peduli, ayo bergerak dan tunjukkan aksi nyata kalian!


Rabu, 06 Mei 2015

Sisi Lain Vredeburg

Siapa yang tak kenal dengan Museum Benteng Vredeburg? Ya, benteng yang kita sering sebut dengan benteng Vredeburg. Benteng ini tepat berada di pusat keramaian kota Yogyakarta, tepatnya di depan Gedung Agung Yogyakarta. Benteng yang dibangun pada zaman kolonial yang dimaksudkan Belanda untuk mengontrol kegiatan di dalam Kraton. Benteng yang telah berdiri sejak tahun 1760 hingga saat ini masih kokoh berdiri dan telah beralih fungsi menjadi museum khusus perjuangan nasional.


Well, kali ini saya tidak akan membahas tentang sejarah ataupun koleksi-koleksi apa saja yang ada di Benteng Vredeburg. Namun saya akan membahas mengenai sisi lain dari benteng ini. Sebagai bangunan yang berusia lebih dari 2 abad tentu ada daya tarik tersendiri dari benteng ini. Selain dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran sejarah, ataupun hanya sekedar refreshing bersama teman maupun keluarga, tentu tempat ini layak menjadi objek foto yang tepat. Tak terkecuali bagi Anda yang suka narsis dan menyukai bangunan tua.

Dimulai dari bagian depan benteng, Anda telah disajikan dengan air mancur yang ada dan tentu ditambah dengan bangunan khas zaman kolonial. Tentu Anda tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengambil foto kan?

Bagian dalam benteng tentu tak kalah menariknya. Masih didukung dengan corak bangunan tua namun bersih. Selain itu bangunan yang banyak dan   beragam tentu memperkaya referensi objek foto Anda. Tak perlu ragu untuk  mencoba mengabadikan semua objek  yang ada ke dalam lensa kamera Anda. Walaupun itu hanya sekedar jendela, pintu ataupun tangga, karena semua objek yang ada mempunyai nilai seni tersendiri. 




Sabtu, 21 Februari 2015

Akibat Hashtag Anti-Mainstream

Yah gini jadinya derita menjadi mahasiswa semester akhir mau ngapain aja pasti selalu kepikiran skripsi. Entah saat makan. Entah saat lagi sabunan mandi. Bahkan saat stalking instagram gebetan juga masih kepikiran skripsi. Rasanya isi kepala jadi penuh dan pikiran jadi butek. Disitu kadang saya merasa sedih. Disaat-saat seperti ini terkadang ngelakuin aktifitas yang kita sukai ataupun hal yang tidak biasa bisa jadi obat mujarab. Setidaknya untuk satu sampai beberapa jam pikiran jadi lebih ringan. Apalagi untuk tipe orang yang moody seperti saya, hal ini wajib untuk dilakuin. 

Jalan-jalan disekitaran kota ataupun tempat wisata cukup ampuh untuk me-refresh kembali pikiran kita. Selain itu, melakukan kegiatan yang anti-mainstream juga patut dicoba. Hal inilah yang saya lakukan. Beberapa hari yang lalu, saya dan temen saya mencoba untuk berfoto di kawasan flyover Jombor. Lumayan anti-mainstream kan? Haha. Walaupun bukan merupakan tempat wisata ataupun spot foto, flyover Jombor lumayan bagus untuk bernarsis-narsis ria. Namun untuk berfoto disini dibutuhkan keberanian dan kehati-hatian tingkat dewa, karena ini adalah jalur cepat untuk kendaraan umum maupun pribadi.





Setelah puas #membahayakandiri berfoto di flyover Jombor, tujuan kami selanjutnya adalah benteng Vredeburg. Memang mainstream sih, tapi untuk sekedar refreshing gak salah kan. Apalagi tiket masuknya yang super duper murah, cuman Rp. 2.000,- Saya aja sampai kaget saking murahnya #MentalAnakKost. Jujur, tujuan awal kami kesini bukan untuk menikmati wisata sejarah yang ada. Melainkan untuk mengambil beberapa foto dengan background bangunan tua. Well lebih tepatnya berfoto dijendela dan pintu WC bangunan tua. Nah, Anti-Mainstream kan? #maksa Muehehe.






Sabtu, 07 Februari 2015

Salam Kenal

Salam kenal. Saya seorang mahasiwa semester akhir yang sedang "bertarung" dengan skripsi-(sweet?). Saya membuat blog ini untuk mengurangi kejenuhan selama kuliah. Blog ini akan bercerita seputar kegiatan dan foto-foto saya selama traveling. Enjoy!